Ingin Balikkan Keadaan Lawan Arsenal, Real Madrid Bisa Belajar dari 3 Tim yang Ciptakan Keajaiban di Liga Champions
Real Madrid menghadapi misi berat di leg kedua perempat final Liga Champions 2024/25. Setelah tertinggal agregat dari Arsenal, Los Blancos dituntut melakukan “remontada” — sebuah comeback dramatis yang selama ini menjadi bagian dari identitas mereka di kompetisi Eropa. Namun, kali ini mereka butuh lebih dari sekadar semangat. Madrid perlu berkaca pada tiga tim yang pernah menciptakan keajaiban besar di Liga Champions.

Berikut adalah tiga contoh comeback legendaris yang bisa menjadi inspirasi bagi skuad asuhan Carlo Ancelotti:
- Barcelona vs PSG (2017): Comeback 6-1 yang Tak Terlupakan
Salah satu comeback paling ikonik dalam sejarah Liga Champions datang dari rival abadi Madrid — Barcelona. Di musim 2016/17, Barca tertinggal 0-4 di leg pertama melawan Paris Saint-Germain. Namun di leg kedua yang berlangsung di Camp Nou, mereka mencetak enam gol dan menang 6-1, membalikkan agregat menjadi 6-5.
Kunci sukses Barcelona saat itu adalah tekanan tinggi sejak awal laga, gol cepat, dan mental pantang menyerah. Madrid bisa meniru pendekatan ini dengan memaksimalkan dukungan publik Santiago Bernabéu dan langsung menekan Arsenal sejak menit pertama.
- Liverpool vs Barcelona (2019): Tanpa Bintang, Tetap Bisa Ajaib
Di musim 2018/19, Liverpool berhasil membalikkan ketertinggalan 0-3 dari Barcelona dengan kemenangan 4-0 di Anfield. Hebatnya, saat itu The Reds bermain tanpa dua bintang utama mereka, Mohamed Salah dan Roberto Firmino. Namun determinasi dan strategi jitu dari Jürgen Klopp membuat keajaiban terjadi.
Real Madrid juga punya kedalaman skuad mumpuni. Jika key player seperti Vinícius Jr. atau Bellingham tak dalam kondisi maksimal, Madrid tetap bisa mengandalkan pemain lain seperti Rodrygo, Joselu, atau Brahim Díaz untuk mengisi kekosongan.
- AS Roma vs Barcelona (2018): Kekuatan Taktik dan Mental
Musim 2017/18, Roma kalah 1-4 dari Barcelona di Camp Nou. Tak ada yang menyangka mereka bisa bangkit, namun di Olimpico, Roma tampil luar biasa dan menang 3-0 untuk lolos lewat keunggulan gol tandang. Kemenangan itu tak hanya karena semangat, tetapi juga karena kecermatan taktik dari Eusebio Di Francesco.
Carlo Ancelotti, yang dikenal piawai membaca permainan, bisa mengambil pelajaran bahwa taktik jitu dan disiplin dalam bertahan sama pentingnya dengan agresivitas saat menyerang.
Madrid Butuh Keajaiban, Tapi Juga Perhitungan Matang
Mentalitas comeback memang telah melekat dalam DNA Real Madrid, namun menghadapi tim seorganisasi Arsenal, mereka butuh lebih dari sekadar semangat juang. Strategi yang matang, eksekusi yang presisi, dan kekompakan tim akan menjadi kunci jika Madrid ingin menambah satu lagi cerita keajaiban dalam sejarah mereka.
Dukungan penuh publik Bernabéu, atmosfer magis malam Liga Champions, dan pengalaman segudang di kompetisi ini bisa menjadi modal penting. Kini, tinggal bagaimana Luka Modrić dkk. menuliskan kisah comeback mereka sendiri.