PM Malaysia Anwar Ibrahim Soroti Gus Miftah atas Pernyataan yang Hina Penjual Teh
Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, memberikan perhatian terhadap polemik yang melibatkan ulama Indonesia, Gus Miftah, terkait pernyataannya yang dianggap menghina profesi penjual teh. Pernyataan ini telah menuai reaksi luas, baik di Indonesia maupun di negara tetangga, termasuk Malaysia.
Kontroversi Pernyataan Gus Miftah
Gus Miftah, seorang dai yang dikenal karena dakwahnya yang berani dan lugas, menjadi sorotan setelah videonya menyebut penjual teh dalam konteks yang dianggap merendahkan beredar luas di media sosial. Dalam pernyataan tersebut, Gus Miftah dianggap tidak menghargai profesi tertentu yang dianggap sederhana oleh masyarakat.
Pernyataan ini langsung memicu kritik dari berbagai kalangan, termasuk masyarakat Indonesia yang menilai ulama seharusnya menunjukkan penghormatan terhadap semua profesi.
Reaksi Anwar Ibrahim
Anwar Ibrahim, yang dikenal sebagai pemimpin yang peduli terhadap isu-isu sosial, turut memberikan komentar atas insiden ini. Menurutnya, seorang tokoh agama harus selalu menjaga ucapan yang membawa kebaikan dan mencegah perpecahan.
“Saya menghormati setiap pemimpin agama, termasuk Gus Miftah, tetapi kita semua harus ingat bahwa profesi apapun, sekecil apapun, memiliki nilai di mata Tuhan dan masyarakat,” ujar Anwar dalam wawancara di Kuala Lumpur, Jumat (6/12).
Ia juga menekankan pentingnya kesetaraan dan penghargaan terhadap semua pekerjaan sebagai bagian dari nilai kemanusiaan yang universal.
Tanggapan Gus Miftah
Menanggapi kritik yang meluas, Gus Miftah segera memberikan klarifikasi. Ia menyatakan bahwa ucapannya telah disalahartikan dan sama sekali tidak bermaksud menghina profesi tertentu.
“Saya mohon maaf jika ada pihak yang merasa tersinggung. Niat saya adalah untuk menyampaikan pesan moral, bukan untuk merendahkan siapa pun,” ujar Gus Miftah dalam video permintaan maaf yang diunggah di media sosialnya.
Dukungan dan Kritik
Di tengah kontroversi ini, sejumlah pihak tetap memberikan dukungan kepada Gus Miftah, menilai bahwa ia hanya salah memilih kata dalam menyampaikan pesan. Namun, banyak pula yang berharap ia lebih berhati-hati dalam berucap, mengingat posisinya sebagai tokoh publik yang berpengaruh.
Pesan Perdamaian
Anwar Ibrahim menutup komentarnya dengan mengajak semua pihak untuk tidak memperbesar masalah ini, tetapi menjadikannya sebagai pelajaran bersama. “Mari kita saling memaafkan dan kembali fokus pada hal-hal yang lebih penting untuk umat dan masyarakat,” ujarnya.
Kasus ini menjadi pengingat bagi para tokoh publik, khususnya yang bergerak di bidang agama, untuk selalu menjaga sensitivitas dalam menyampaikan pesan agar tidak menimbulkan salah paham di masyarakat.