Transgender Isa Zega Dikecam karena Mengenakan Hijab Saat Umrah
Isa Zega, seorang transgender yang dikenal sebagai figur publik, kembali menuai kontroversi setelah membagikan momen umrahnya di media sosial. Dalam unggahan tersebut, Isa terlihat mengenakan hijab lengkap saat menjalankan ibadah di Tanah Suci. Aksi ini memicu reaksi keras dari sebagian warganet yang mempertanyakan pilihannya mengenakan atribut perempuan dalam ritual keagamaan tersebut.
Kontroversi di Media Sosial
Unggahan Isa Zega menampilkan dirinya mengenakan pakaian serba putih dengan hijab sambil beribadah di Masjidil Haram. Sontak, hal ini memicu pro dan kontra di kalangan warganet. Sebagian besar kritik datang dari mereka yang merasa tindakan tersebut tidak sesuai dengan ajaran agama, terutama karena identitas transgender Isa yang menjadi perdebatan.
Komentar negatif pun membanjiri unggahannya. Beberapa warganet menganggap Isa tidak menghormati kesakralan ibadah umrah. “Ibadah itu seharusnya dilakukan dengan jujur terhadap identitas diri,” tulis salah satu pengguna.
Namun, ada juga yang memberikan dukungan dan mengingatkan pentingnya menjaga sikap toleransi. “Biarkan itu menjadi urusan pribadinya dengan Tuhan. Tidak perlu menghakimi,” tulis seorang warganet lainnya.
Respons Isa Zega
Menanggapi kritik yang dilontarkan kepadanya, Isa Zega menjelaskan bahwa keputusannya mengenakan hijab adalah bagian dari niatnya untuk menjalankan ibadah dengan khusyuk. “Saya hanya ingin beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Saya berharap ini tidak menjadi bahan perdebatan,” ungkap Isa dalam salah satu wawancara.
Isa juga menegaskan bahwa perjalanan umrah ini adalah pengalaman spiritual yang sangat berarti baginya, terlepas dari identitas gendernya.
Pandangan Ulama dan Ahli
Kontroversi ini juga memunculkan diskusi di kalangan ulama. Sebagian menegaskan pentingnya menjalankan ibadah sesuai aturan agama, termasuk mengenakan pakaian yang mencerminkan identitas gender asli.
Namun, ada juga yang menekankan pentingnya memberikan kesempatan kepada siapa pun untuk beribadah, dengan catatan memahami dan menghormati nilai-nilai yang berlaku. “Ibadah adalah hubungan personal antara individu dengan Tuhan. Kita tidak dalam posisi untuk menghakimi,” ujar salah seorang ulama.
Kesimpulan
Kontroversi ini menyoroti kompleksitas antara identitas gender, ekspresi pribadi, dan nilai-nilai keagamaan. Di tengah kritik yang diterima, Isa Zega tetap menyatakan komitmennya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Perdebatan ini sekaligus menjadi pengingat pentingnya menghormati perbedaan dan menjaga toleransi, terutama dalam hal yang berkaitan dengan keyakinan dan ibadah.